“IBU”
Saat pertama ku melihat dunia ini..
Ketika engkau melahirkan aku, ibu..
Ku menangis mengsyaratkan bahagiaku..
Melihat indahnya dunia ini..
Beribu do’a ku ucapkan untukmu..
Agar jiwa dan ragamu sehat selalu..
Tak ada kata yang bisa kungkapkan..
Untuk mengucapkan terimakasih ibu..
Tanpamu ku tak mungkin ada..
Tanpamu ku tak mungkin bisa berjalan..
Melewati juta’an kisah hidup ini..
Dengan ketegaran yang kau ajarkan..
Ya allah ya tuhanku..
Berikanlah beliau umur yang panjang..
Kesehatan tubuh yang tak terbatas..
Agar aku bisa berbakti kepadanya..
Ibu.. oh.. ibu..
Jasamu akan selalu ku ingat..
Sampai kapanpun akan selalu ku ingat..
Hingga ragaku tak bernyawa..
“Dusta”
BETAPA
PILU DAN MENYAKITKAN
PERASAAN NAN INDAH HARUS TERPUPUSKAN KARNA DUSTA
TERIRIS PEDIH,
MERAJA HINGGA TAK MAMPU LAGI KU TERTATIH
SETEGAR-TEGARNYA KARANG PUN MUNGKIN AKAN PECAH
SEKOKOH-KOKOHNYA TEMBOK PUN RUNTUH
DAN SEINDAH-INDAHNYA REMBULAN PUN AKAN MEREDUP
BILA KEBESARAN HATI DIBALAS DUSTA
KETULUSAN CINTA DIBAYAR DENGAN KEBODOHAN
DAN KESETIAAN NURANI SELALU TERCAMPAKAN
MUNGKIN HANYA AKAN MENYISAKAN PECAHAN DAN KEPINGAN
ATAS RERUNTUHAN CINTA YANG BEGITU MULIA
YANG TERABAIKAN DIKALA KEDUSTAAN MERANGKUL SEMUANYA
MENGIRIS,
MEROBEK HINGGA MATI RASA
YANG SUNGGUH AMAT TERAMAT MENYAKITKAN
DI SAAT PIKIRKU MULAI MENGENANG
SELAMAT TINGGAL CINTA
KAN KU KEMAS SEMUA LUKA INI
UNTUK KU SIMPAN DAN KUBAWA
HINGGA SUATU SAAT DIMANA CINTAKU PUN TLAH SIRNA
Getar Hayal dan Luka
Getir yang mendera terlau menyakitkan
Merobek-robek sucinya cinta
Musnahkan angan indah bersamamu hingga tak sempat ku rias
Menghancurkan ketulusan hati Dimana disana ku ukir namamu
Aku telah terlelap dalam luka
Yang terdengar hanya desah angin dari kegelapan
Menbisikan semua hayal indah
Ketika tubuhku hanyut bersama bahagiamu
Ternyata aku tersandung
Dengan pesona bidadari bersayap permata
Aku merintih sedih
aku menjerit sakit
Terbius lamunan sesaat yang menyakitkan
Kasih..
Ini aku yang terluka karnamu